Profil Benny Mamoto: Dari Hobi Unik hingga Terpilih di KPK

Redaksi

Profil Benny Mamoto: Dari Hobi Unik hingga Terpilih di KPK benuanta
Benny Mamoto.

BenuantaBenny Jozua Mamoto, seorang pecinta burung hantu yang juga dikenal sebagai mantan Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), kini menambah daftar pencapaiannya dengan terpilih sebagai Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2024-2029. Terkenal dengan keramahan dan sikap santunnya, Benny terpilih melalui voting yang dilakukan oleh Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada Kamis (21/11).

Benny diuji kelayakan dan kepatutannya bersama sembilan calon lainnya pada 18 hingga 21 November 2024. Dari sepuluh calon yang diuji, lima orang, termasuk Benny, akhirnya ditetapkan sebagai Dewan Pengawas KPK. Nama-nama terpilih ini akan disahkan dalam Rapat Paripurna DPR RI dan dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto.

Benny, yang menyampaikan pandangannya tentang masa depan KPK berdasarkan pengalamannya dalam menangani kasus-kasus narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba), menekankan pentingnya payung hukum yang mantap untuk operasi tangkap tangan (OTT). Ia mengaitkan pengalaman sebagai polisi dengan kebutuhan akan regulasi yang jelas bagi KPK, mirip dengan teknik penyidikan penyerahan di bawah pengawasan yang diatur dalam UU Nomor 35 Tahun 2009.

Mendirikan Museum Burung Hantu

Selain kiprahnya di dunia kepolisian, Benny juga memiliki hobi unik yang membedakannya dari kebanyakan orang. Ia adalah pendiri Museum Manguni, museum pertama di Indonesia yang didedikasikan untuk burung hantu. Kesukaannya terhadap burung hantu membawanya berburu benda-benda berlambang burung hantu ke berbagai negara seperti Jepang, Korea, Thailand, China, Malaysia, dan Italia. Museum ini berisi koleksi aneka ragam bentuk manguni yang terbuat dari kayu, logam, plastik, kaca, keramik, kain, mata uang kertas dan logam, serta materai.

Benny mengungkapkan bahwa ide mendirikan museum ini muncul dari pengalamannya mengunjungi museum-museum serupa di luar negeri. Ia merasa terinspirasi untuk mendirikan museum yang dapat melestarikan simbol burung hantu yang dianggap sebagai lambang kearifan lokal di Sulawesi Utara.

“Saya berpikir, mengapa di Sulawesi Utara, kabupaten dan kota lambangnya manguni, gereja terbesar GMIM lambangnya manguni, dan berbagai ormas juga lambangnya manguni, tetapi tidak memiliki museum seperti di beberapa negara tersebut,” ujarnya.

Di kompleks Pusat Kebudayaan Sulawesi Utara “Pa’dior” di Jl. Pinabetengan, Tompaso, Minahasa, terdapat empat museum, termasuk Museum Manguni, Museum Wale Anti Narkoba (WAN), Museum Budaya Pinawetengan, dan Museum Rekor Benny J Mamoto. Museum Manguni diresmikan pada 7 Juli 2017 dan mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Dengan segala kontribusinya, Benny Jozua Mamoto bukan hanya dikenal sebagai figur yang berpengaruh di bidang kepolisian dan pemberantasan korupsi, tetapi juga sebagai sosok yang memperjuangkan pelestarian budaya dan kearifan lokal. Kiprahnya di berbagai bidang menjadikannya panutan bagi banyak orang.

Bagikan:

Baca Juga