Benuanta.id – Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Samarinda tengah menggodok rencana pengadaan bus baru untuk mengatasi kemacetan di kota tersebut. Namun, rencana ini masih terkendala anggaran yang terbatas.
Kepala Dishub Samarinda, Hotmarulitua Manalu, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan studi banding ke beberapa kota di Indonesia untuk mempelajari sistem angkutan massal yang telah berhasil diterapkan di sana.
“Kami sudah ajukan ke TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah), karena perlu anggaran besar. Tapi kami usulkan dua atau empat trayek dulu, paling tidak anggarannya butuh sekitar Rp 50 miliar,” ujar Manalu.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menilai bahwa anggaran yang dibutuhkan untuk pengadaan bus rapid transit (BRT) terlalu besar untuk kondisi APBD Samarinda saat ini.
“Kecuali APBD kita kayak DKI, ini kan APBD kita sangat terbatas. Itu juga kita pakai mengurusi banjir, mengurus kesehatan, pendidikan, infrastruktur jalan, jembatan, dan lain-lain. Jadi kurang efisien,” ungkap Andi Harun.
Andi Harun lebih setuju jika Dishub fokus pada pembelian bus baru yang akan dikelola oleh Pemkot Samarinda.
“Kalau kita mau beli mobil katakanlah sepuluh unit, paling mungkin Rp 20 miliar, lalu kita branding sendiri dengan branding Samarinda. Itu mungkin jauh lebih efektif dan efisien. Kalau kita siapkan sendiri busnya, sistem pengelolaannya, kita harus rekrut sumber daya manusia (SDM)nya meskipun repot,” jelasnya.
Atas dasar ini, Andi Harun mengarahkan Dishub untuk mengubah mekanisme rencana pengadaan angkutan umum tersebut agar dapat direalisasikan pada tahun 2025 mendatang.
“Memang kita harus bersabar. Kita mendahulukan kajian matang dan mempertimbangkan kemampuan,” tutupnya.