BENUANTA – Jembatan Mahakam I kembali menjadi sorotan setelah insiden tabrakan kedua kalinya di tahun 2025. Insiden terbaru terjadi pada Sabtu malam, 26 April, saat tongkang yang dihantam jembatan memperburuk kondisi jembatan yang sebelumnya kehilangan fender akibat pelanggaran lalu lintas sungai pada Februari lalu.
Masalah ini mendorong Komisi II DPRD Kaltim untuk segera menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada Senin petang (28/4/2025). Namun, rapat tersebut diwarnai ketegangan setelah PT Pelayaran Mitra 7 Samudera kembali mengecewakan anggota DPRD.
Perusahaan yang sebelumnya bertanggung jawab atas insiden pada Februari lalu lagi-lagi tidak mengirimkan pimpinan mereka. Hanya perwakilan yang hadir, namun tidak dapat memberikan jawaban yang memadai. Setelah lima kali mangkir dari rapat yang digelar, DPRD akhirnya memutuskan untuk mengusir perwakilan PT Mitra 7 Samudera dari rapat.
“Sudah lima kali kami undang, tapi tidak ada tanggung jawab nyata. Hari ini, kami tidak akan memberikan toleransi lagi,” tegas Ketua DPRD Kaltim, Hasanuddin Mas’ud, yang memimpin rapat.
Dalam rapat tersebut, DPRD memberikan rekomendasi tegas, yaitu penutupan total aktivitas lalu lintas di Jembatan Mahakam I selama minimal dua bulan. Langkah ini diambil untuk memastikan investigasi dan pembangunan kembali fender jembatan dapat dilakukan dengan aman dan efektif.
“Penutupan ini harus segera dilakukan, malam ini juga KSOP harus menandatangani kesepakatan untuk menutup jembatan sampai investigasi selesai dan fender dibangun,” ujar Hasanuddin Mas’ud, menegaskan urgensinya.
Insiden tabrakan yang terjadi pada malam tersebut melibatkan tongkang yang lepas kendali setelah tali pengikat putus akibat arus deras. Tongkang tersebut menghantam tiang jembatan, merusak struktur bagian atas jembatan yang telah mengalami perubahan signifikan. Hendro Satrio, perwakilan dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN), mengungkapkan bahwa posisi rantai jembatan kini lebih tegak dari sebelumnya setelah tabrakan tersebut.
Jembatan Mahakam I, yang sudah beroperasi sejak 1987, tercatat telah mengalami 23 insiden tabrakan selama masa operasionalnya. Dua insiden terakhir terjadi di luar jam operasional yang diperbolehkan untuk pengolongan kapal, menambah daftar panjang masalah keselamatan jembatan ini.
BBPJN mengungkapkan bahwa investigasi terhadap kerusakan jembatan rencananya akan dimulai pada Rabu atau Jumat pekan ini. Sementara itu, DPRD tetap mendesak agar penutupan jembatan segera diberlakukan demi menghindari kerugian lebih lanjut, baik material maupun korban jiwa. Hasanuddin Mas’ud bahkan menyebut insiden ini sebagai “perampokan” yang berdampak besar pada masyarakat dan infrastruktur. (*)