SKOI Kaltim: Menghadapi Tantangan untuk Kembali Menjadi Pusat Lahirnya Atlet Berprestasi

Redaksi

SKOI Kaltim: Menghadapi Tantangan untuk Kembali Menjadi Pusat Lahirnya Atlet Berprestasi
Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga (PPO) Dispora Kaltim, Rasman Rading.

Benuanta.id – Sekolah Khusus Olahraga Internasional (SKOI) Kalimantan Timur, yang diresmikan pada 2011, kini berada di tengah permasalahan besar dalam pengelolaannya. Lembaga yang semula diharapkan menjadi tempat lahirnya atlet berprestasi ini menghadapi penurunan performa yang cukup signifikan. Menurut Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga (PPO) Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kaltim, Rasman Rading, revitalisasi SKOI menjadi prioritas utama untuk mengembalikan lembaga ini ke jalur prestasi yang sempat dijanjikan.

“SKOI harus kembali ke visi awal yang dicanangkan oleh mantan Gubernur Awang Faroek Ishak sebagai basis pembinaan atlet berprestasi di daerah. Kami akan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencari solusi dan menyelesaikan tantangan ini,” ungkap Rasman saat diwawancarai di Samarinda, pekan lalu.

Salah satu tantangan besar yang dihadapi SKOI adalah perubahan regulasi yang tercermin dalam Permendagri Nomor 12 Tahun 2017. Regulasi baru tersebut mengalihkan kewenangan pengelolaan SKOI dari Dispora ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, yang memicu sejumlah masalah, terutama dalam integrasi teori dan praktik pelatihan olahraga. 

Rasman juga mengungkapkan bahwa minimnya kesempatan uji tanding di luar provinsi maupun luar negeri menjadi faktor lain yang menyebabkan stagnasi prestasi para atlet SKOI.

“Kekurangan try out di luar daerah dan ketidakseimbangan antara teori dan praktik adalah masalah yang harus segera diselesaikan. Namun, kita tidak hanya fokus mencari siapa yang salah, tapi mencari solusi bersama. Ini adalah tanggung jawab kita bersama,” tegas Rasman.

Meski menghadapi berbagai hambatan, harapan untuk kebangkitan SKOI tetap ada. Rasman mengutip contoh sukses seperti Iqbal Chandra Pratama, pesilat asal Kaltim yang berhasil meraih medali di Asian Games 2018, sebagai bukti bahwa SKOI memiliki potensi besar. 

“Keberhasilan atlet-atlet seperti Iqbal menunjukkan bahwa SKOI masih memiliki potensi untuk melahirkan juara, jika dikelola dengan baik,” lanjutnya.

Tantangan yang dihadapi SKOI tidak hanya sebatas pada aspek manajerial, tetapi juga pada pengembangan fasilitas, pelatihan yang lebih terarah, serta pembukaan akses internasional bagi para atlet. Untuk itu, sinergi antara pemerintah provinsi, Disdikbud, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), dan para pelatih menjadi kunci utama untuk membawa SKOI kembali ke jalur prestasi.

“Solusi untuk SKOI harus datang dari kolaborasi seluruh elemen yang terlibat, bukan hanya dari satu pihak saja. Saya optimis SKOI dapat bangkit kembali,” ujar Rasman penuh keyakinan.

Dengan semangat kebersamaan dan komitmen untuk memperbaiki pengelolaan, SKOI Kaltim diharapkan kembali menjadi lembaga yang melahirkan atlet-atlet unggul yang dapat bersaing di kancah nasional dan internasional. 

(Upk/Adv/DisporaKaltim)

Bagikan:

Baca Juga