Benuanta – Gubernur Jawa Timur terpilih, Khofifah Indar Parawansa, mendorong Universitas Jember (Unej) untuk mengembangkan Research and Development (RnD) di bidang hortikultura dan agrobisnis. Kabupaten setempat memiliki potensi besar dalam bidang tersebut.
“Di pusat kita punya BRIN, di provinsi kita punya BRIDA, dan saat ini ada Kementerian Ristek yang tentu sangat potensial menjadi mitra strategis bagi kampus. Karena banyak yang harus kita dorong inovasi yang berbasis riset dan pengembangan RnD di kampus,” kata Khofifah dikutip Jatimkini.id, Senin (30/12).
Khofifah mengemukakan bahwa banyak hal di lapangan membutuhkan sinergi dan intervensi dari pemerintah terkait bidang hortikultura. Salah satunya adalah masalah yang dihadapi oleh para petani alpukat premium, seperti pameling, markus, dan kendil, meskipun pasar ekspornya sangat potensial.
Menurut Khofifah, kendalanya adalah mereka kurang bisa mengembangkan pembibitan secara masif karena membutuhkan investasi yang besar. Sebagian besar mereka terkendala modal, sementara pohon alpukat baru bisa panen pertama setelah empat tahun.
“Maka, saat itu kami usulkan agar petani alpukat pameling dan premium lainnya bisa mendapat pinjaman perbankan melalui mekanisme grace period atau masa tenggang pembayaran angsuran,” ujarnya.
Khofifah juga menyinggung soal potensi pengembangan durian musang king dan blackthorn, yang peluang ekspornya ke Tiongkok saat ini terbuka lebar.
Menurut petani durian, Anna Luthfi, penghasilan kotor untuk satu hektare lahan per tahun dapat mencapai Rp2 miliar untuk pengembangan durian di lahan satu hektare dengan estimasi 100 pohon. Di panen pertama setelah empat sampai lima tahun sejak penanaman, satu pohon bisa menghasilkan 40 buah dan akan semakin banyak ke depannya.
“Kita punya lahan idle yang cukup banyak. Selain itu, juga ada lahan perhutanan sosial yang saat ini belum maksimal pemanfaatannya. Ini potensial kita manfaatkan. Oleh sebab itu, kembali yang ingin saya sampaikan, RnD kita di bidang hortikultur harus terus berkembang,” ucapnya.