Sawit Pesisir Berau ‘Hijrah’ ke Kutim, DPRD Soroti Ketimpangan Harga

Redaksi

Harga TBS Kelapa Sawit di periode Mei 2025 mengalami penurunan

BENUANTA – Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Berau dinilai tak kompetitif. Akibatnya, alih-alih menjual ke perusahaan lokal, petani di wilayah pesisir lebih memilih mengalirkan hasil panennya ke Kutai Timur. Di sana, harga dianggap lebih menjanjikan.

Anggota Komisi II DPRD Berau, Sutami, menyayangkan kondisi ini. Ia menyebut, petani tak bisa disalahkan karena keputusan mereka dilandasi pertimbangan ekonomi yang masuk akal.

“Dua contoh perusahaan yang kami terima informasinya itu BHL dan PTH. Mereka membeli dengan harga lebih tinggi,” tutur Sutami.

Menurutnya, situasi ini menunjukkan lemahnya daya saing perusahaan sawit di Berau. Selain soal harga, ia menyoroti pula kendala jarak. Banyak petani harus menempuh perjalanan cukup jauh menuju pabrik pengolahan, sementara akses ke Kutim justru lebih dekat dan efisien.

“Ini kendala serius sebenarnya. Karena selain harga, petani juga mempertimbangkan jarak,” tambahnya.

Sutami mendesak agar perusahaan sawit di Berau memperbaiki skema pembelian dan menyesuaikan diri dengan regulasi yang sudah ditetapkan. Ia menyinggung ketimpangan perlakuan harga yang merugikan petani—terutama saat tren pasar sedang menguat.

“Selama ini, ketika harga turun mereka langsung membeli dengan penyesuaian harga. Giliran harga dalam kondisi naik, lambat untuk mereka menyesuaikan harga,” tutup Sutami.

DPRD Berau berharap pemerintah daerah dan Dinas Perkebunan Kalimantan Timur mengambil langkah tegas agar harga TBS di Berau kembali kompetitif dan petani tidak terus dirugikan. (Adv/DPRD Berau)

Bagikan:

Baca Juga