Benuanta.id – Sekitar 84,3% pasien cacar monyet di Indonesia adalah pria gay, sementara 6,5% teridentifikasi sebagai biseksual. Hal ini diungkapkan oleh pakar dermatologi dr. Hanny Nilasari, Sp.D.V.E., Subsp. Ven.,FINSDV, FAADV, dalam sebuah webinar kesehatan, Kamis (2/11).
“Usianya sangat muda, rata-rata 31-40 tahun. Diseminasinya melalui kontak seksual,” kata Hanny.
Oleh karena itu, Hanny mengimbau tenaga kesehatan untuk menanyakan riwayat seksual pasien apabila mereka menduga ada kasus-kasus yang dicurigai sebagai cacar monyet atau Monkeypox (Mpox).
Gejala cacar monyet biasanya diawali dengan nyeri kepala, demam lebih dari 38 derajat Celcius, nyeri tenggorokan, dan pembesaran kelenjar getah bening. Setelah satu atau tiga hari, pasien akan mengalami ruam.
Ruam cacar monyet biasanya berupa ruam merah yang jumlahnya sedikit, tersebar secara regional, dan bisa muncul di area kepala, wajah, anggota badan, telapak tangan, dan telapak kaki. Ruam ini kemudian diikuti lenting, bintil dengan nanah di atasnya, dan keropeng.
Hanny menjelaskan, gejala cacar monyet berbeda dengan cacar air. Cacar air biasanya ditandai dengan demam hingga 39 derajat Celcius, ruam yang muncul dalam satu waktu bisa bermanifestasi banyak sekali, dan perkembangan ruamnya cukup cepat.
“Distribusi ruamnya lebih padat di area tubuh kemudian menyebar ke area lengan dan tungkai bawah,” kata Hanny.
Angka kematian akibat cacar monyet sangat jarang, terutama pada anak-anak.